Ass. Ayo Kita Saksikan Dialog Antara Abu Hanifah Dengan
Ilmuwan Kafir . Semoga Bisa Memberi Hikmah Dari Apa Yang Akan Kawan-Kawan Baca.
Yuk Simak Kisahnya …
“Pada suatu hari,
kota Baghdad didatangi oleh seorang Ilmuwan Yahudi bernama Dahri. Kedatangannya
membuat gempar dikalangan umat Islam.
Dahri mencoba merusak pegangan umat
Islam dengan membahas soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan. Para ulama Di Baghdad Mendengar
Berita Itu Dan Berniat Untuk Bertemu Dengan Ilmuwan Kafir Tersebut.
Singkat cerita , Setiap Para ulama Yang bertemu dengan Dahri
kalah dalam berdialog. Dahri Pun Semakin
Jumawa Karna Berhasil Mengalahkan Para Ulama Tersebut. Dari kejadian ini Lalu para Khalifah memerintahkan beberapa orang menteri
meninjau ke daerah lain, kalau-kalau masih ada ulama yang Sanggup untuk berhadapan dengan Dahri. Akhirnnya
wakil Khalifah menemui Imam Hammad bin Abi Sulaimann Al-Asy ari, seorang ulama
yang tidak kurang juga ketokohannya.
Khalifah memerintahkan supaya hari perdebatan antara Imam
Hammad dan Dahri disegerakan. Dan Saat bersejarah itu Digelar di Masjid Jamek di
tengah-tengah kota Baghdad. Sehari sebelum
pertemuan, Masjid Jamek telah penuh sesak dengan orang ramai. Masing-masng
menaruh harapan agar Imam Hammad berjaya menumbangkan Dahri kerana beliaulah
satu-satunya ulama yang diharapkan.
“Subhanallah. … Subhanallah …. Walauhaulawala quwwata illa
billahi aliyyil azim….!” Lidah Imam Hammad terus melafazkan kalimat Tersebut..
Dia beristighfar terus. Rasanya sudah tidak sanggup telinganya mendengar bermacam kata-kata yang dilemparkan oleh Dahri yang biadab dan
matarialis itu. Mempertikaikan KeEsaan Allah SWT bukanlah perkara kecil dalam
Islam. Ini Sudah Melampaui batas! Hatinya cukup pedih. Roh ketauhidannya
bergelora. Mau rasanya dipenggal leher si Dahri yang angkuh itu.
Keesokannya, pagi-pagi muncul Abu Hanifah, murid Imam
Hammad yang paling disayanginya. Nama yang sebenarnya ialah Nu’ man, yang
ketika itu usiannya masih remaja. Dia Melihat Keadaan Gurunya Yang Gelisah,. Abu Hanifah pun bertanya. Lalu Imam Hammad
menceritakan keadaan yang sebenarnya. Dan Saat itu Hammad teringat akan mimpinya tadi malam , lalu Menceritakan
kepada muridnya itu. Abu Hanifah mendengarnya dengan penuh khusyuk.
“…Aku bermimpi ada sebuah dusun yang amat luas Dan Sangat indah.
Di sana kulihat ada sepohon kayu yang rendang dan lebat buahnya. Tiba-tiba, keluar seekor Binatang Buas dari ujung
kampung. Lalu habis dimakannya buah-buahan yang masak ranum dari pohon itu.
Hingga daun dan dahan-dahannya habis Di
makan. Yang tinggal cuma batangnya saja. Dan saat Hendak memakan Batangnya keluar seekor harimau
dari umbi pohon rendang tadi lalu menerkam binatang buas tersebut dengan gigi dan kukunya yang tajam.Lalu,binatang buas itu mati saat itu juga.”
Hammad termenung seketika. Kekalutan fikirannya yang telah dicetuskan Dahri, yang telah membuat
pegangan aqidah umat ini goyah, tidak boleh di biarkan. Wajahnya yang tenang bagai air sungai
yang mengalir jernih, masih nampak bercahaya walau di saat genting. Setelah Mendengar Mimpi Gurunya Dia Meminta
Izin Kepada Gurunya Untuk Menafsirkan Mimpi Tersebut.. Dengan Izin Allah Ia
Menjelaskan Kepada Gurunya.
Satu kelebihan Abu Hanifah ialah beliau juga dikaruniakan
Allah S.W.T ilmu menta’bir mimpi,
sebagai mana nabi Allah Yusuf As. Pada pengamatannya juga, mimpi tersebut akan
memberi petanda baik bahwa si Dahri pasti akan menerima ganjarannya nanti.
” Apa yang tuan lihat dalam mimpi tuan Adalah sebuah dusun yang luas lagi indah itu adalah Ibaratkan
kepada agama Islam kita. Pohon yang
berbuah lebat itu adalah ibaratkan kepada para ulama. Dan sepohon kayu itu
adalah tuan sendiri. Dan binatang buas
yang tiba-tiba muncul dan merusak pohon tersebut ialah si Dahri. Dan harimau yang keluar lalu membunuh binatang
buas tadi… adalah saya…” jelas Abu
Hanifah.
Beliau juga memohon izin untuk membantu gurunya berhadapan dengan si Dahri. Betapa gembiranya hati Iman Hammad saat mendengar pernyataan muridnya sendiri. Maka berangkatlah
Abu Hanifah bersama gurunya untuk pergi
ke Masjid Jamek di mana majlis dialog akan diadakan, yang dihadiri oleh orang
banyak orang dan Khalifah. Seperti biasanya, sebelum menyampaikan pernyataannya, Dahri
mencibir dan melecehkan ulama dengan bersuara lantang dari atas mimbar.
” Hai Dahri, apa yang sedang kau katakan,. Tiba-tiba suara Abu
Hanifah memeranjatkan Dahri dan menyentakkan kaum Muslimin yang hadir. Dahri
sendiri terkejut. Matanya memandang tajam mata Abu Hanifah.
” Siapa kamu hai anak muda? Berani sungguh kamu Berteriak.
Tahukah kamu, ulama yang hebat-hebat,
yang bersurban dan berjubah telah ku kalahkan…!” Lantang suara Dahri kepada Abu Hanifah.
” Wahai Dahri,” balas Abu Hanifah,” sesungguhnya Allah tidak
mengkaruniakan kemuliaaan dan kebesaran
itu pada serban atau jubah. Tetapi Allah mengkaruniakan kemuliaan
kepada orang-orang yang berilmu dan bertaqwa.” Abu Hanifah lalu membacakan sebuah firman
Allah SWT yang berbunyi:
” Allah telah meninggikan darajat orang beriman dan berilmu diantaramu
beberapa darajat.” (Al-Mujadilah : 11 )
Geram rasanya hati Dahri mendengar Pernyataan pemuda ini. Maka berlangsunglah majlis
dialog.perdebatan antara Abu Hanifah dengan tokoh Ad- dahriayyah, yang terkenal
dengan pemikiran materialis dan ateisnya itu, berlangsung dengan mendebarkan.
“Benarkah Allah itu ada?,” tanya Dahri membuka majlis dialognya.
“Allah memang ada,” tegas Abu Hanifah.
“Kalau Allah ada, di manakah tempatnya..? ?” Suara Dahri semakin meninggi.
“Allah tetap ada tetapi dia tidak bertempat!” jelas Abu
Hanifah.
“Heran, kau mengatakan Allah itu wujud, tetapi tidak bertempat …?”
bantah Dahri sambil melemparkan senyuman sinisnya kepada hadirin.
Coba kau lihat pada dirimu sendiri. Bukankah pada dirimu itu
ada nyawa…” Abu Hanifah mula berkata. Para hadirin memerhatikan gaya ilmuan
muda ini berpidato dengan penuh semangat.
“Iya, memang aku ada nyawa, dan memang setiap makhluk yang
bernafas itu ada nyawa…!” sahut Dahri.
“Tetapi apakah kau tahu di manakah letaknya nyawa atau rohmu
itu…? Dikepalakah, diperutkah atau dibawah telapak kakimu..?” Tersentak Dahri seketika.
Orang mulai berbisik-bisik. Setelah itu Abu Hanifah mengambil segelas susu
lalu ditunjukkan pada Dahri, sambil berkata: ” Apakah dalam air susu ini ada
terkandung lemak…?”
Dahri menjawab, “Ya,.
Abu Hanifah bertanya lagi, “Kalau begitu dimanakah lemak itu
berada…? Di bagian atasnyakah atau dibawahkah.. .?” Sekali lagi Dahri
terserentak, tidak mampu menjawab pertanyaan Abu Hanifah . “Untuk mencari dimanakah beradanya roh dalam
jasad dan dimanakah kandungan lemak dalam air susu ini pun kita tidak tahu, mana
mungkin kita dapat menjangkau dimanakah beradanya Zat Allah SWT di alam raya
ini? Zat yang telah menciptakan dan mengatur
seluruh alam ini termasuk roh dan akal dangkal kita ini, pun ciptaan-Nya, yang
tunduk dan patuh di bawah urusan mengatur kerajaan-Nya Yang Maha Agung…!” Suasana
menjadi agak bingar. Dahri terpaku di kursi. Terbungkam lidahnya. Merah mukanya
karena malu. Tapi dia masih belum putus asa dia lalu berdiri dan berteriak .
“Hai anak muda! Apakah Yang Ada sebelum Allah. Dan apa yang muncul sesudah ALLAh nanti…” Semua mata tertumpu pada Abu Hanifah,
murid Imam Hammad yang pintar ini.
“Wahai Dahri! Tidak ada suatu pun yang Ada sebelum Allah Taala dan tidak ada sesuatu jua
yang akan muncul selepas-Nya. Allah SWT tetap Qadim dan Azali. Dialah yanng Awal dan
Dialah yang Akhir”, tegas Abu Hanifah, ringkas tapi padat.
“Sungguh Aneh! Mana mungkin begitu…. Tuhan Ada tanpa ada permulaan Nya? Dan mana mungkin Dia
pula yang terakhir tanpa ada lagi yang selepas Nya….?” Dahri mencoba berdalih dengan fikiran logisnya.
Dengan tersenyum Abu Hanifah menjelaskan, “Ya! Dalilnya
ada pada diri kamu sendiri. Coba kau
lihat pada ibu jari mu itu. Jari apakah
yang kau lihat berada sebelum ibu jari ini..?” Sambil menunjuk
ibu jarinya ke langit. Dan beberapa hadirin
turut berbuat demikian. Dan pada jari kelingking
kamu, ada lagikah jari selepasnya.. Dahri melihat jarinya. Tidak terfikir olehnya persoalan yang sekecil itu yang diambil oleh
Abu Hanifah. Jadi…! Kalaulah pada jari
kita yang kecil ini pun, tidak mampu kita fikir, apalagi Allah SWT Zat Yang Maha Agung itu, yang tiada suatu pun
yang mendahului-Nya dan tiada sesuatu yang
setelah-Nya.”
Sekali lagi Dahri tercenggang. Bungkam. Namun masih tidak
berputus asa untuk mematahkan argument anak muda yang telah mempermalukan nya di
depan khalayak ramai. Khalifah
memerhatikan gelagat Dahri dengan penuh
tanda tanya. Dahri berfikir seketika, mencari jalan, mencari ide. Lalu tiba-tiba Semacam suatu ilham baru telah
merasuk fikirannya, Iapun tersenyum. Hati Dahri bergejolak bagai air tengah menggelegak.
“Ini pertanyaan yang terakhir buat mu, hai.. budak mentah!” Sengaja Dahri mengeraskan suaranya agar bisa
menutupi rasa malunya itu.
“Allah itu ada, kata mu. Ha! apakah pekerjaan Tuhan mu Saat ini ?” pertanyaan tersebut membuat Abu Hanifah tersenyum riang.
“Ini pertanyaan yang sungguh menarik. Jawab Abu Hanifah. Jadi harus
dijawab dari tempat yang tinggi supaya dapat didengar oleh semua orang,”
Katanya. Dahri pun berjalan turun meninggalkan mimbar masjid
Jamek, Yang Sejak Dari Tadi Ia Kuasai
dan memberi tempat untuk Abu Hanifah:
“Wahai sekalian manusia. Ketahuilah bahwa kerja Allah saat ini ialah memindahkan yang bathil sebagaimana Dahri yang berada di
atas mimbar, diturunkan Allah ke bawah mimbar. Dan Allah juga telah menaikkan ku
sebagaimana aku, yang berada di sana, telah dinaikkan ke atas mimbar Masjid
Jamek ini… !”
Bagai halilintar, pernyataan Abu Hanifah seakan menampar
ke dua pipi Dahri. Seiring dengan itu bergemalah Suara takbir dari Para Hadirin. Mereka memuji-muji kewibawaan Abu Hanifah yang telah berhasil menyelamatkan Islam dari lidah Dahri yang
sesat lagi menyesatkan itu. Sehingga sampai
hari ini, nama Imam Abu Hanifah terus dikenal keseluruh dunia sebagai seorang Fuqaha dan salah seorang Imam Mujtahid Mutlak
yang empat. Kemunculan Mazhab Hanafi
dalam fiqh Syar’iyyah, juga memberi berkat bagi Abu Hanifah ...
Wassalam …
Sungguh Sangat Menabjukkan Pernyataan dari Iman abu Hanifah, Bisa Membuat Dahri Tak
Berdaya . Dan Mengambil Perumpamaan dari
hal-hal kecil yang tak pernah terlintas di fikiran kita … Subhanallah Kalau Allah S.W.T Berkehendak apa Yang Tidak Mungkin …
Mohon maaf Kawan-Kawan kalau dalam penulisan Ini Masih ada kesalahan... Karna aku masih Belajar.. Mohon saran dan masukannya agar bisa lebih baik lagi... Thanks
DI Lihat Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar