Kisah ini sudah sangat terkenal, Mungkin Sudah Banyak Dari
Anda Yang Sudah membacanya. Waktu Masih Sekolah Guru Agama Aku Pernah
Menceritakannya Pada Kami Siswanya … Dan Alhamdulillah Kisah Ini Masih Aku
Ingat Sampai Sekarang. Dan Aku Bagi Kepada Kawan-Kawan Yang Belum Pernah
Mendengar Kisah Ini … Semoga Memberikan
Hikmah Setelah Kawan-Kawan Membacanya.
Berikut Kisahnya :
Lelaki ini telah berlumuran darah, jari jemarinya,
pakaiannya, tangan dan pedangnya semuanya basah oleh darah. Lelaki pelaku
kejahatan ini telah melumuri dirinya dengan darah jiwa yang diharamkan oleh
Allah membunuhnya serta mencabut nyawa mereka.Sesudah dirinya berlumuran dengan
kejahatan dan dosa besar ini, dia menyadari kesalahannya.
Maka keluarlah ia dengan pakaian yang berlumuran darah,
sedang pedangnya masih meneteskan darah segar dan jari jemarinya belepotan
darah juga. Ia datang bagaikan seorang yang mabuk, gelisah, ketakutan seraya
bertanya-tanya kepada semua orang,.
"Apakah aku masih bisa diampuni?"
Orang-orang berkata,
"Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang
tinggal di kuilnya, maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya
apakah dirimu masih bisa diampuni."
Dia menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam
masalah ini, kecuali hanya orang-orang yang ahli dalam hukum Allah. Ia pun
pergi ke sana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani
Israil.
Pertemuan Dengan Rahib.
Dia pergi melangkah dengan langkah yang cepat dengan penuh
penyesalan karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Lalu ia mengetuk pintu
kuil si rahib tersebut. Lelaki pembunuh itu masuk dan ternyata pakaiannya masih
berlumuran darah segar, membuat si rahib kaget bukan kepalang.
Si rahib berkata,.
"Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu."
Si pembunuh bertanya,
"Wahai rahib ahli ibadah, aku telah membunuh 99 orang,
maka masih adakah jalan bagiku untuk bertobat?"
Si rahib spontan menjawab,
"Tiada taubat bagimu."
Akhirnya si pembunuh ini putus asa memandang kehidupan ini. Di
matanya, dunia ini terasa gelap, kehendak dan tekadnya melemah, dan keindahan
yang terlihat di matanya menjadi buruk. Si pembunuh ini akhirnya mengangkat
pedangnya dan membunuh rahib itu sebagai balasan yang setimpal untuknya.
guna
menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya.
Selanjutnya ia keluar
menemui orang-orang guna menanyakan lagi kepada mereka, bukan karena alasan
apa, melainkan karena jiwanya sangat menginginkan untuk taubat dan kembali ke
jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya.
Ia bertanya kepada mereka,
"Masih adakah jalan untuk bertaubat bagiku?"
Mereka menjawab,
"Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan,
seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan."
Pertemuan Dengan Orang Alim.
Setelah pembunuh itu ditunjukkan ke tempat seorang alim,
akhirnya si pembunuh itu pergi menemui orang alim itu yang pada saat itu berada
di majelisnya sedang mengajari generasi dan mendidik umat. Orang alim itu pun
tersenyum menyambut kedatangannya. Begitu melihatnya, ia langsung menyambutnya
dengan hangat dan mempersilahkan duduk di sebelahnya setelah memeluk dan
menghormatinya.
Ulama bertanya,
"Apakah keperluanmu datang kemari?"
Ia menjawab,
"Aku telah membunuh 100 orang yang terpelihara
darahnya, maka masih adakah jalan taubat bagiku?"
Ulama itu balik bertanya,
"Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu
dengan taubat dan siapakah yang mencegahmu dari melakukan taubat?
Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan
ampunan, bergembiralah dengan perkenan dari-Nya, dan bergembiralah dengan
taubat yang mulus."
Si pembunuh berkata,
"Aku mau bertaubat dan memohon ampun kepada
Allah."
Ulama berkata,
"Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima
taubatmu."
Selanjutnya Ulama itu berkata kepadanya,
Sesungguhnya engkau tinggal di kampung yang jahat, karena
sebagian kampung dan sebagian kota itu adakalanya memberikan pengaruh untuk
berbuat kedurhakaan dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang siapa yang
lemah imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan
akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta menggampangkannya untuk
melakukan tindakan menentang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam
kegelapan lembah dan jurang kesesatan.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat yang di dalamnya
ditegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu
kejahatan bagi para hamba. Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampung yang
jahat itu menuju ke kampung yang baik. Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu
dengan kampung yang baik dan bergaullah kamu dengan para pemuda yang shalih
yang akan menolong dan membantumu untuk bertaubat.
Singkat cerita, akhirnya sang pembunuh meninggalkan kampung
itu dan pergi ke tempat yang ditunjuk oleh orang alim terakhir sambil menangis
dan menangis menyesali semua perbuatnnya. Dari satu kampung ke kampung lain
telah dilewatinya dan semakin dekat denga tempat yang dituju. Belum sampai pada
tempat yang dituju, sang pembunuh ini meninggal di tengah perjalanan.
Apakah taubatnya diterima Allah SWT?
Saat itu turunlah 2 orang malaikat yang memperebutkan sang
pembunuh, yang seorang berkeyakinan untuk menceburkannya ke dalam neraka dan
seorang lagi berkeyakinan untuk memasukkannya ke dalam surga.
Karena perebutan terjadi, maka mengadulah kedua malikat itu
kepada Allah SWT. Allah SWT memberikan
perintah untuk mengukur jarak antara kampung maksiat dengan tempat yang dituju.
Setelah diukur, ternyata sang pembunuh sudah mendekati jarak dengan kampung orang
alim (tempat yang ditujunya).
Maka Surgalah tempat orang itu berada.
Subhanallah...
Sungguh besar sekali pengampunan Allah SWT kepada hambanya.
Tak terkirakan dosa yang dilakukan manusia, Allah SWT tetap memberikan ampunan
selama orang tersebut mau bertobat dengan taubatan nasuha.
Begitulah Kawan-Kawan, kisah Seorang Pembunuh yang telah
membunuh sebanyak 100 orang.
Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar